Seri Semangat Guru : Kemampuan Nonteknis dalam Adaptasi Teknologi Tahun 2021 adalah Program pelatihan untuk meningkatkan kompetensi kemampuan nonteknis sebagai pendukung penggunaan teknologi dalam kegaiatan belajar mengajar. Akselerasi teknologi dalam dunia pendidikan akan berdampak lebih besar jika diaplikasikan dengan cara berpikir kritis, komunikasi yang baik, kreativitas dan kolaborasi, atau yang juga dikenal dengan 4C (Critical Thinking,
Communication, Creativity, Collaboration).
TUJUAN:
Akselerasi teknologi di dunia pendidikan sedang berlangsung. Ini adalah program pembelajaran yang dirancang untuk memberikan pembekalan kemampuan nonteknis bagi para guru dalam proses adaptasi teknologi pendidikan yang terus berjalan.
Mengintegrasikan teknologi dan kemampuan nonteknis ke dalam kelas dapat menginspirasi kolaborasi, komunikasi, pemikiran kritis, dan kreativitas sehingga hasil kegiatan belajar mengajar lebih jitu dan berdampak besar.
SUSUNAN COURSE:
6 pelajaran dalam seri pembelajaran ini, yaitu:
- Resilience: Tangguh & Teknologi
- Critical thinking: Berpikir Kritis & Teknologi
- Creativity: Konten & Teknik Penceritaan
- Communication: Komunikasi Efektif
- Empowered Teacher: Penerapan Kelas Campuran
- Collaboration: Kolaborasi & Dampak
LANGKAH BELAJAR
- Tahap 1 : Peserta mendaftar di portal Guru Belajar Berbagi
- Tahap 2 : Peserta mengikuti pelatihan yang terdiri dari 6 pelajaran
- Tahap 3 : Peserta mendapatkan sertifikat setelah mengerjakan semua tugas dan kuis dengan total 32 JP
ALUR BELAJAR
- Peserta menyelesaikan tes prapenilaian di portal daring Guru Belajar & Berbagi.
- Peserta belajar dari pemaparan para trainer.
- Peserta mengerjakan penilaian tengah dan diberikan tugas untuk belajar mandiri.
- Setelah mengerjakan tugas, peserta mengerjakan kuis penilaian akhir.
- Peserta kembali mengerjakan alur yang sama untuk pelajaran berikutnya sampai total mengerjakan 6 pelajaran.
Pelajaran 1 – Resilience: Tangguh & Teknologi
Apa itu resiliensi?
Ilmuwan psikologi biasanya menggunakan istilah ‘lenting’ untuk menyepadankan kata resiliensi (resilience), yaitu: kemampuan sesorang untuk bangkit setiap kali mengalami desakan mundur, atau bahkan kegagalan.
Kerangka SAMR sebagai peta perjalanan menjadi matang dalam marathon menuju elearning yang efektif
SAMR adalah suatu kerangka yang mengilustrasikan tingkat kematangan seseorang memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Tingkat kematangan ini terdiri dari (mulai dari tingkat pemula ke mahir): Substitution, Augmentation, Modification, dan Redefinition. Semakin matang kita dalam memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, semakin besar peningkatan proses dan hasil yang terjadi dalam pembelajaran.
Apa kaitannya SAMR dan Resiliensi dengan Bapak dan Ibu memelajari teknologi?
Pertanyaan paling menjebak dalam elearning adalah aplikasi apa (lagi) yang harus pelajari untuk mengembangkan permbelajaran? Jika anda terjebak di pertanyaan ini, maka anda tersangkut terus-menerus di tingkat Substitution.
Pertanyaan yang tepat adalah: bagaimana lagi cara saya menggunakan teknologi (hardware dan aplikasi) yang sudah saya pelajari ini untuk mengembangan pembelajaran? Setiap tingkat lanjut (Augmentation, Modification, dan Redefinition) menuntut kita untuk mengubah kegiatan dan/atau tujuan pembelajaran. Mengetahui ini (kegiatan dan tujuan pembelajaran) membantu Bapak dan Ibu bisa menakar dengan lebih akurat berapa besar resliensi yang diharapkan dari Anda untuk menerobos masing-masing tingkat tersebut.
kita dapat mempelajari kerangka SAMR pada link berikut KERANGKA SAMR
kita dapat mempelajari hubungan resiliensi dan SAMR pada link berikut RESILIENSI DAN KERANGKA SAMR
Pelajaran 2 – Critical Thinking: Berpikir Kritis & Teknologi
Apa itu berpikir kritis?
Kata ‘berpikir kritis’ sudah menjadi kosa kata harian kita. Dunia pendidikan menuntut guru mampu menumbuhkan berpikir kritis pada murid-murid mereka, bukan hanya sebagai kemampuan, tapi sebagai keterampilan.
Namun demikian, banyak dari kita yang tidak sadar apa sebetulnya berpikir kritis. CriticalThinking.org mendefinisikan berpikir kritis sebagai, “proses berpikir (observasi, refleksi, menalar) yang disiplin, mahir, dan aktif dalam membuat konsep dari, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan/atau mengevaluasi informasi.
Kolegas saya, Prof. Dr. Bagus Takwin, mendefinisikan berpikir kritis sebagai, “ keterampilan seseorang dengan akurat memutuskan sikapnya terhadap suatu informasi: setuju, tunda, atau tidak setuju”.
Perhatikan bahwa setiap kata kunci dalam berpikir kritis adalah kosa kata kita sehari-hari. Untungnya, ini membuat berpikir kritis mudah dipahami dan dipelajari.
Bagaimana menumbuhkan berpikir kritis menjadi keterampilan?
Setiap orang mampu berpikir kritis. Namun demikian, untuk menjadi keterampilan, berpikir kritis harus dipraktikkan setiap saat. Semakin dilatih, semakin akurat, dan akhirnya semakin menjadi insting.
‘Saya jadi sadar, saya jadi terpikir” sebagai teknik latihan berpikir kritis.
Episode ini membekali anda dengan keterampilan sederhana untuk menumbuhkan berpikir kritis pada murid anda.
Praktik ini terdiri dari dua komponen:
- Observasi: Diekspresikan lewat pernyataan, “Saya baru sadar bahwa…”
- Insight: Diekspresikan lewat pernyataan, “Saya jadi terpikir …. (bahwa/jangan-jangan/pantesan)”
Latihan ini sangat sederhana, hanya menuntut dua syarat. Anda harus:
- Menjadikannya sebagai kebiasaan anda dulu.
- Mendemonstrasikan di hadapan murid
- Mengintegrasikan kebiasaan ini dalam tugas murid
Apa kaitannya dengan pembelajaran dengan teknologi?
Teknologi adalah mitra yang tepat untuk mempraktikkan berpikir kritis. Perhatikan fitur apa (dalam aplikasi yang anda gunakan) yang dapat digunakan untuk mendemonstrasikan berpikir kritis. Pastikan murid mempraktikkan “saya sadar, saya berpikir” di berbagai kesempatan murid menggunakan teknologi (ketika tanya jawab di video meeting, ketika menyusun materi presentasi, ketika diskusi online di chat group, ketika memberikan komentar di LMS, dan lain-lain).
kita dapat mempelajari materi berpikir kritis melalui link berikut BERPIKIR KRITIS
Pelajaran 3 – Creativity: Konten & Teknik Penceritaan
Apa itu kemampuan bercerita?
Kesanggupan atau kekuatan yang dimiliki oleh individu untuk menyampaikan gagasan/ide secara lisan maupun tulisan yang mengisahkan tentang perbuatan, pengalaman atau kejadian.
Apa itu konten?
Segala bentuk komunikasi, terutama audio visual, yang berisi sebuah informasi, hiburan atau ajakan
Tiga tahap membuat konten
- Praktik ini terdiri dari tiga komponen:
- Membuat Rencana
- Mengeksekusi
- Memasarkan
Apa kaitannya dengan pembelajaran dengan teknologi?
Kemajuan teknologi dapat membantu kita dalam mengolah kemampuan bercerita. Kejujuran menjadi faktor yang penting.
Selalu kembali dengan melihat diri sendiri. Menarik atau tidak? Informatif atau tidak. Membuat peduli atau tidak? Kita sebagai pembuat konten selalu dapat menjawab dengan tepat, tapi hambatan terbesarnya: Apakah kita bisa jujur pada diri sendiri?
kita dapat Membuat Konten dengan Teknik Penceritaan dengan belajar melalui link berikut TEKNIK PENCERITAAN
Pelajaran 4 – Communication: Komunikasi Efektif
Apa itu Komunikasi Efektif?
Komunikasi yang efektif adalah proses pertukaran ide, pemikiran, pengetahuan dan informasi yang disajikan dengan cara yang paling dipahami oleh penerima sehingga tujuan atau niat dapat terpenuhi dengan sebaik mungkin.
Komunikasi Efektif di Era Komunikasi Virtual
Dalam keadaan pandemi dimana manusia tidak dapat bertemu, dibutuhkan sebuah metode komunikasi yang sesuai sehingga interaksi dan hubungan baik tetap dapat terjalin dengan adanya komunikasi yang efektif. Disinilah teknologi berperan sebagai perangkat yang menghubungkan interaksi sosial.
Komunikasi yang efektif mencakup keterampilan seperti komunikasi verbal dan nonverbal, mendengarkan dengan penuh perhatian, kemampuan untuk memahami dan mengendalikan emosi dan mengelola stres. Keterampilan ini perlu dikembangkan dan diasah.
Di era komunikasi virtual, tantangan bagi kita adalah bagaimana menerapkan dan mengasah kemampuan komunikasi dengan baik ketika harus selalu siap beralih metode komunikasi , baik secara virtual maupun tatap langsung.
Bagaimana Mengasah Kemampuan Komunikasi secara Virtual maupun Tatap Langsung?
Pada dasarnya komunikasi secara langsung maupun virtual mempunyai beberapa kegiatan sebagai berikut:
- Membina hubungan baik
- Membagikan Informasi
- Saling mendengar
- Saling mengerti
4 Kegiatan tersebut bisa dipraktekkan dalam pembelajaran virtual atau tatap langsung dengan mempertimbangkan beberapa faktor berikut ini :
- Keadaan
- Perasaan/Emosi
- Kebutuhan
- Permintaan berdasarkan perasaan dan kebutuhan.
Dengan menyadari beberapa faktor-faktor di atas, komunikasi akan selalu dilakukan dengan sebuah kesadaran akan sebuah tujuan yang ingin dicapai secara bertahap, untuk kemampuan komunikasi yang selalu berkembang dan lebih baik.
Komunikasi dan Teknologi
Teknologi adalah sarana untuk mempraktikkan kesadaran untuk berkomunikasi di masa yang terus berkembang dan seringkali tidak menentu. Teknologi adalah alat untuk menguji ketangguhan kita untuk terus memperbaiki metode komunikasi yang dibutuhkan. . Tetapi apapun gawai yang kita gunakan, alat yang paling canggih adalah kemampuan nonteknis diri sendiri yang senantiasa kita kembangkan sesuai dengan kemajuan zaman.
kita dapat mempelajari materi komunikasi efektif pada link berikut KOMUNIKASI EFEKTIF
Pelajaran 5 – Empowered Teacher: Penerapan Kelas Campuran
Apa itu metode belajar campuran?
Kelas Campuran adalah kelas yang menerapkan pembelajaran campuran sehingga murid mendapatkan pengalaman belajar yang optimal. Dengan mengadaptasi konsep dari Catlin R. Tucker dkk (2017) maka Bukik Setiawan (2021) mendefinisikan Pembelajaran Campuran (Blended Learning) sebagai program pendidikan yang memfasilitasi murid belajar dengan memenuhi 4 ciri ini
- Setidaknya mengikuti pembelajaran asinkron yang memungkinkan murid merdeka mengatur waktu, tempat, alur dan tempo belajarnya;
- Setidaknya mengikuti pembelajaran sinkron dengan pendampingan guru pada suatu waktu dengan moda belajar tertentu;
- Menghubungkan beragam modalitas program/mata pelajaran menjadi suatu pengalaman belajar terintegrasi;
- Membantu murid menjadi pelajar merdeka belajar (komitmen pada tujuan, mandiri pada cara dan reflektif) dalam mencapai sasaran belajar yang disepakatinya.
Apa saja yang akan dipelajari di sesi ini?
Berikut beberapa hal yang akan kita pelajari bersama tentang Pembelajaran Campuran untuk Menerobos Tantangan Pandemi COVID-19
Apa tantangan pembelajaran di masa pandemi COVID-19 (Ketidakpastian pandemi, Keragaman kondisi dan Penurunan capaian belajar)
Apa miskonsepsi dan konsep sebenarnya pembelajaran campuran? (Tiga miskonsepsi pembelajaran campuran, Empat ciri pembelajaran campuran, Pembelajaran sinkron dan asinkron)
Mengapa pembelajaran campuran adalah jawaban yang tepat?
- Pembelajaran pada level yang tepat (teaching at the right level)
- Pembelajaran yang fleksibelc. Pembelajaran abad ke-21
Mengapa Pembelajaran Campuran?
Pembelajaran Campuran menjanjikan pembelajaran yang optimal karena bisa menyediakan pengalaman belajar kepada murid sesuai kebutuhan dan pola belajarnya.
Pembelajaran Campuran bersifat lebih luwes baik untuk memenuhi kebutuhan murid, ketersediaan fasilitas belajar, keragaman akses internet maupun kondisi pandemi yang tidak pasti.
Pembelajaran Campuran lebih memungkinkan bagi guru untuk memandu murid dalam menguasai 4C Kompetensi Abad ke-21 yaitu Critical Thinking, Creativity, Collaboration dan Communication.
Bagaimana Perbandingan Antara Pembelajaran Sinkron dan Pembelajaran Asinkron?
Memilih Pembelajaran Campuran
Kebutuhan belajar murid. Apakah murid butuh belajar dari pengalaman nyata (sinkron/asinkron) atau butuh umpan balik langsung dari guru untuk belajar (sinkron)?
Kemandirian belajar. Apakah guru harus menjelaskan/memperagakan pelajaran secara langsung atau penjelasan/peragaan bisa ditampilkan melalui media poster/video?
Tujuan pembelajaran: Apakah mempelajari konsep dasar (asinkron) atau mempelajari konsep dalam suatu konteks yang kompleks (sinkron)?
Karakteristik umpan balik. Apakah umpan balik bisa dibuat otomatis buat semua murid (asinkron) atau umpan balik perlu dipersonalisasi sesuai kompetensi murid (sinkron)?
Ketersediaan waktu murid. Apakah murid bisa hadir bersamaan pada suatu waktu (sinkron) atau ada murid yang kesulitan hadir pada waktu bersamaan (asinkron)?
Integrasi Pembelajaran Campuran
Komposisi pembelajaran yang direkomendasikan 1 : 3 antara sinkron dengan asinkron. Artinya, untuk setiap 1 jam pembelajaran sinkron direkomendasikan dicampur dengan pembelajaran asinkron sebanyak 3 jam. Meski demikian, guru bisa melakukan penyesuaian berdasarkan kebutuhan murid, karakteristik dan tujuan pembelajaran.
Padukan sinkron dan asinkron untuk mengoptimalkan kelebihan dan mengantisipasi kelemahan masing-masing strategi. Gunakan sudut pandang murid untuk memahami kelebihan dan kelemahan pembelajaran sinkron dan asinkron. Pertimbangkan kelebihan dan kelemahan pembelajaran sinkron dan asinkron sebelum memilih strategi dan metode pembelajaran yang tepat.
Pandu murid memadukan pelajaran yang didapatkan dari pembelajaran asinkron dengan proses belajar sinkron serta sebaliknya. Pada setiap awal fase pembelajaran, kaitkan dengan pengalaman murid mengikuti fase pembelajaran sebelumnya. Bangun jembatan penghubung yang mengaitkan pembelajaran sinkron dan asinkron.
Pelajaran 6 – Collaboration: Kolaborasi & Dampak
Kolaborasi Merupakan Suatu Keniscayaan
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang sangat pesat ditambah kondisi pandemi yang mengharuskan pembelajaran dari rumah, saat ini sangat memungkinakan untuk dilaksanakannya pembelajaran secara kolaboratif. Kolaborasi sesungguhnya merupakan kebutuhan manusia, di mana secara alamiah manusia sebagai makhluk sosial senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya, bekerjasama, dan saling bantu membantu antar sesama. Demikian juga dalam kegiatan pembelajaran, kolaborasi merupakan suatu keniscayaan. Pada kegiatan belajar konvensional, kolaborasi biasanya dilakukan antar siswa atau guru dalam satu sekolah atau dalam satu kelas yang sama. Namun dengan tersedianya jaringan komunikasi internet, kolaborasi sangat mungkin dilakukan antar sekolah, antar wilayah, bahkan melampaui batas negara. Salah satu hikmah besar dibalik musibah pandemi covid-19 dalam dunia pendidikan adalah kita telah “dipaksa” untuk menggunakan TIK untuk pembelajaran. Pembelajaran berbasis TIK di era pandemi menunjukkan dinamika yang luar biasa. Pada satu sisi hal tersebut merupakan berkah, pencapaian yang luar biasa dibanding upaya sosialisasi pemanfaatan TIK yang sudah dilaksanakan bertahun tahun. Di sisi lain, bagi para guru, siswa, serta stakeholder pendidikan lainnya, pengalaman BDR, telah memberikan pengalaman yang beragam yang memperkaya khasanah teori dan praktek pembelajaran dengan TIK. Hal tersebut merupakan suatu kekuatan yang dahsyat apabila bisa disinergikan. Misalnya, pengalaman masing-masing guru dalam melakukan BDR berbeda-beda, ada yang merasa berhasil, setengah berhasil, bahkan di beberapa tempat tidak berdaya, sehingga kembali ke cara konvensional dengan kunjungan ke rumah siswa. Agar pengalaman-pengalaman tersebut menjadi lebih bermakna, maka “berbagi” dan “berkolaborasi” merupakan suatu keharusan bagi para pelaku pendidikan. Dengan berbagi dan berkolaborasi, para pelaku pendidikan bisa saling belajar, saling mengisi dan melengkapi, yang menimbulkan sinergi.
Pembelajaran secara kolaboratif memungkinkan banyak memberikan nilai tambah, baik bagi siswa maupun bagi guru. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain; 1) Siswa mendapatkan pengalaman bekerjasama bukan hanya dengan sesama teman sekelasnya, namun dengan siswa lain yang sebelumnya belum mereka kenal, 2) Dalam pembelajaran kolaborasi, interaksi antar siswa yang baru mereka kenal menjadi terarah karena mengikuti program yang sudah direncanakan oleh guru, 3) Kegiatan yang bersifat kolaboratif biasanya akan mendorong motivasi dan semangat kompetitif dalam arti positif bagi siswa, 4) Siswa juga mendapatkan sumber belajar yang banyak dari guru selain guru sekolahnya sendiri yang selama ini mereka kenal. Di samping keuntungan-keuntungan tersebut, tentu masih banyak nilai lebih lainnya, baik yang langsung maupun yang tidak langsung.
Inisiatif pembelajaran kolaboratif berbasis internet sudah diujicobakan pada tahun 2005-2006 pada portal pembelajaran edukasi.net (sekarang Rumah Belajar). Waktu itu internet di sekolah masih sangat terbatas, sehingga hanya beberapa orang guru dari lima sekolah yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia dapat mengikuti aktivitas pembelajaran secara kolaboratif. Salah satu tema yang diangkat pada waktu itu adalah tentang kebakaran hutan. Tema ini menarik karena di wilayah Sumatera dan Kalimantan waktu itu sedang banyak terjadi kebakaran hutan. Dengan kolaborasi ini, siswa yang berada di Jakarta (Jawa) menjadi memahami tentang peristiwa kebakaran hutan, sedangkan siswa Kalimantan dan Sumatera juga dapat bertukar informasi peristiwa tersebut yang ternyata peristiwa kebakaran hutan tersebut di setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda.
Peluang terlaksananya pembelajaran kolaboratif saat ini tentu sangat terbuka luas. Infrastruktur dan jaringan TIK di sekolah umumnya sudah lebih siap dibanding sepuluh tahun yang lalu. Demikian juga kesiapan guru-guru dalam pengembangan model-model pembelajaran inovatif, saat ini guru yang memiliki kemampuan memanfaatkan TIK dalam pembelajaran sudah cukup banyak. Survei yang dilakukan oleh Pustekkom tahun 2018, sekitar 40% guru (non TIK) telah mampu memanfaatkan TIK dalam pembelajaran (Republika, Gogot Suharwoto, ISODEL 2018). Tahun ini hampir bisa dipastikan sudah di atas 50% guru memiliki kemampuan memanfaatkan TIK untuk pembelajaran. Apalagi kalau melihat trend kenaikan peserta lomba Pembatik yang naik lebih dari 1000 persen dari 6.809 peserta di tahun 2018 menjadi 70.312 peserta di tahun 2020 (Hasan Chabibie, 2020). Data tersebut menunjukkan sisi optimis pemanfaatan TIK oleh guru yang semakin meningkat.
Ranah Kolaboratif
Kolaborasi nampaknya sudah menjadi kata serapan, yang terambil dari Bahasa Inggris collaboration, yang sering diartikan sebagai kerjasama. Namun ada kata lain dalam Bahasa Inggris yang juga diartikan sebagai kerjasama, yaitu cooperation (kooperasi). Menurut para ahli ada sedikit perbedaan makna antara collaboration dan cooperation. Sebagaimana dilansir dalam portal ibe.unesco dikatakan, Sometimes cooperative and collaborative learning are used interchangeably but cooperative work usually involves dividing work among the team members, whilst collaborative work means all the team members tackle the problems together in a coordinated effort. Walaupun istilah kolaborasi dan kooperasi sering digunakan secara bergantian, namun pada kooperasi terdapat pembagian tugas yang jelas antar anggota (team), sedangkan pada kolaborasi seluruh anggota team lebur menyelesaikan pekerjaan bersama. Keterampilan kolaborasi menjadi salah satu dari 4 keterampilan abad 21 yang dirumuskan UNESCO, yang dikenal dengan sebutan 4C, yaitu mencakup; critical thinking, communication, creativity, dan collaboration. Masih menurut portal ib.unesco, collaborative learning is a relationship among learners that fosters positive interdependence, individual accountability, and interpersonal skills. Jadi pembelajaran kolaborasi merupakan suatu hubungan antar siswa yang menumbuhkan sikap saling ketergantungan secara positif, menunjukkan sikap taggungjawab setiap individu, serta keterampilan komunikasi interpersonal. Pembelajaran kolaboratif merupakan sebuah proses di mana peserta didik pada berbagai tingkat kemampuan (kinerja) bekerja sama dalam kelompok kecil menuju tujuan bersama. Ini adalah pembelajaran dengan pendekatan yang berpusat pada peserta didik yang berasal dari teori pembelajaran sosial serta perspektif sosio-konstruktivis tentang pembelajaran.
Untuk memudahkan pemahaman, kolaborasi dapat diklasifikasi sekurang-kurangnya pada tiga ranah, yakni; kolaborasi sebagai kompetensi, kolaborasi sebagai aksi atau implementasi, dan kolaborasi sebagai model pembelajaran. Sebagai kompetensi, kolaborasi termasuk salah satu dari empat keterampilan abad 21 yang disarankan oleh UNESCO. Kompetensi ini sudah diadopsi pada Kurikulum 2013. Bukan hanya untuk siswa, kompetensi kolaborasi juga merupakan salah satu kompetensi TIK bagi guru, bahkan pada level kompetensi TIK, berbagi dan berkolaborasi menempati level tertinggi. Pada ranah aksi atau implementasi, kolaborasi merupakan suatu bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Kolaborasi dalam tataran ini, bisa terjadi antar guru, antar sekolah, ataupun antar lembaga. Sedangkan kolaborasi sebagai model pembelajaran merupakan suatu upaya dari guru ataupun para pendidik untuk meniongkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran, sebagai suatu strategi pemecahan masalah pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.
Model Pembelajaran Kolaboratif
Terdapat banyak model-model Pembelajaran Kolaboratif, antara lain yang disebutkan oleh Suryani (2010), seperti: 1) Learning together, 2) Team Game Tournament, 3) Group Investigation, 4) Academic Constructive Controversy, 5) Jigsaw Prosedure, 6) Student Team Acheivment Division, 7) Complex Instruction, 8) Team Accelerated Instruction, 9) Cooperative Learning Structure, 10) Cooperative Integrated Reading and Composition. Suryani juga mengungkap sejumlah keunggulan dengan penerapan pembelajaran kolaboratif, sebagai berikut; 1) prestasi belajar lebih tinggi; 2) pemahaman lebih mendalam; 3) belajar lebih menyenangkan; 4) mengembangkan keterampilan kepemimpinan; 5) meningkatkan sikap positif; 6) meningkatkan harga diri; 7) belajar secara inklusif; 8) merasa saling memiliki; dan 9) mengembangkan keterampilan masa depan.
Kolaborasi sebagai suatu kompetensi dengan kolaborasi sebagai suatu model pembelajaran tentunya mempunyai perbedaan. Namun demikian, model-model pembelajaran kolaboratif diharapkan dapat menumbuhkan sikap dan kebiasaan kolaborasi sejak dini. Kebutuhan kolaborasi, tentu saja bukan hanya buat siswa, tapi juga untuk guru dan tenaga kependidikan lainnya. Bahkan hampir seluruh profesi saat ini tidak bisa bekerja sendirian, sebagaimana ditulis Purwanto (2015) bahwa pada era informasi, berkembang budaya kerja baru yang berbeda dengan era industri. Jika pada era industri pekerja dituntut memiliki spesialisasi dan sertifikasi, maka di era informasi, pekerja dituntut mampu berkolaborasi dan bekerjasama dalam suatu tim untuk menghasilkan produk atau pelayanan. Demikian juga bagi seorang guru dalam mengembangkan model-model pembelajaran yang berbasis TIK memerlukan kerjasama atau kolaborasi antara pendidik dengan berbagai jenis tenaga kependidikan dan tenaga ahli lainnya.
Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan terkait perlunya pembelajaran kolaborasi, antara lain;
Kolaborasi saat ini merupakan suatu keniscayaan, sehingga siswa harus dibekali kemampuan kolaborasi sejak dini
Model pembelajaran kolaboratif, diharapkan dapat menumbuhkan potensi dan kebiasaan siswa sejak dini dalam pengembangan kompetensi abad 21
Tips Praktis Kolaborasi dan Dampak
Untuk menghasilkan proses pembelajaran yang sarat makna di kelas, selain berfokus pada desain pembelajaran, pengajar dapat melakukan berbagai hal berikut ini:
Meningkatkan kapasitas diri dengan mengikuti berbagai kelas peningkatan kapasitas guru.
Tentunya pengajar harus terus meningkatkan kapasitasnya terutama terkait metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi saat ini. Saat ini banyak sekali kelas-kelas peningkatan kapasitas untuk pengajar. Baik yang diadakan oleh Kemendikbud ataupun oleh pihak lainnya.
Membangun komunikasi aktif dengan orang tua siswa.
Membangun komunikasi dengan orang tua di masa pembelajaran daring adalah hal penting. Supaya orang tua dapat turut memberikan dukungan terhadap keseluruhan proses belajar siswa dan hasil belajar bisa lebih efektif.
Aktif di komunitas/perkumpulan sesama pengajar
Komunitas/perkumpulan pengajar bisa dimanfaatkan pengajar untuk saling berbagi praktik baik terkait belajar mengajar, media belajar tambahan, ataupun sebagai wadah berjejaring.
itulah rangkuman materi Pelatihan Seri Semangat Guru : Kemampuan Nonteknis dalam Adaptasi Teknologi Tahun 2021. Pelatihan terdapat 6 tahapan
Jika kita sudah melalui semua tahap pelatihan beserta menyelesaikan quisnya maka kita akan mendapatkan ucapan selamat dan menunggu sertifikat terbit.
semoga bermanfaat dan selamat belajar :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar