Sabtu, 05 Oktober 2024

VIRECA UNTUK PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

 


    Vireca adalah kepanjangan dari Virtual Reality Case atau Kasus yang disajikan melalui virtual reality. Seperti yang kita tahu bahwa Virtual Reality (VR) telah menjadi salah satu inovasi paling menarik dalam dunia teknologi modern. Dengan kemampuannya untuk menciptakan pengalaman yang mendalam dan interaktif, VR bukan hanya sekadar hiburan; ia menawarkan banyak aplikasi yang bermanfaat dalam berbagai bidang, seperti pendidikan.VR bekerja dengan menciptakan simulasi yang memanfaatkan visual, suara, dan terkadang elemen fisik. VR bekerja dengan menciptakan simulasi yang memanfaatkan visual, suara, dan terkadang elemen fisik.

    Virtual Reality dapat digunakan dalam ruang kelas untuk memberikan pengalaman belajar yang menarikVirtual Reality adalah teknologi yang revolusioner, dengan potensi untuk mengubah cara kita belajar, bekerja, dan berinteraksi.

    Dalam artikel ini akan dibahas mengenai bagaimana virtual reality dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran berdiferensiasi yang disajikan dalam bentuk kasus (vireca).Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan pedagogis yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap siswa secara individual. Dalam konteks ini, Virtual Reality (VR) muncul sebagai alat inovatif yang dapat memperkaya pengalaman belajar dan memberikan kesempatan yang lebih baik bagi siswa dengan berbagai gaya dan kecepatan belajar. 

    Guru membuat konten materi berbasis virtual reality yang dibuat berjudul “Ayo Menjelajah Ruang Angkasa”. Konten pembelajaran dibuat dengan memadukan beberapa jenis bahan ajar yang ada dalam satu kesatuan virtual reality seperti, video, musik, teks, gambar serta dubbing suara. Jika dilihat dari segi visual, bahan ajar berbasis virtual reality ini seperti scene game online yang sering siswa mainkan melalui smarthphone. Benar-benar pengalaman belajar yang luar biasa. 



    Pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi dalam praktik baik ini adalah memfasilitasi gaya belajar siswa dengan diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Adapun diferensiasi proses dan produk dilaksanakan berdasarkan pemetaan gaya belajar siswa yakni:

Gaya belajar Visual


Pada gaya belajar visual proses pembelajaran dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi virtual reality dengan menggunakan smartphone dipadu menggunakan media konkrit. Produk yang diciptakan oleh gaya belajar visual adalah poster sistem tata surya.


Gaya belajar kinestetik


Proses pembelajaran dilaksanakan melalui Pemanfaatan teknologi virtual reality dengan menggunakan virtual box untuk dapat memfasilitasi siswa yang suka bergerak dan beraktivitas fisik. Adapun produk yang dihasilkan oleh kelompok kinestetik adalah diorama sistem tata surya.


Gaya belajar auditori


    Proses pembelajaran memanfaatkan teknologi virtual reality dengan mengajak siswa ke perpustakaan agar siswa lebih fokus dalam mendengarkan informasi yang didapat dari konten materi. Produk yang dibuat oleh kelompok auditory adalah membuat flash card sistem tata surya.


    Ada beberapa siswa yang mungkin kurang tertarik pada pembelajaran konvensional dapat menemukan motivasi baru melalui pengalaman VR yang menarik. Dengan menciptakan lingkungan belajar yang immersive, siswa lebih terstimulasi untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar. Virtual Reality dipadu dengan kasus menawarkan cara baru dan inovatif untuk mendukung pembelajaran berdiferensiasi. Dengan menciptakan pengalaman belajar yang personal, menarik, dan relevan, VR dapat membantu siswa belajar dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan individu mereka. inovasi pembelajaran berdiferensiasi melalui vireca dapat memberikan sumbangsih dalam dunia pendidikan. Virtual reality memiliki potensi besar untuk merevolusi cara kita belajar, membuat proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, menarik, dan efektif

Rabu, 15 Maret 2023

Pembinaan & Komunikasi (Rangkuman Program Semangat Guru 2)



Apa itu Coaching & Communication?

Coaching & Communication dua istilah yang sangat lekat dengan kecakapan interpersonal atau kemampuan membangun hubungan antar manusia. Keduanya merupakan kemampuan non-teknis yang sangat dianjurkan untuk dipelajari agar dapat memaksimalkan kualitas pengajaran serta mampu menggali potensi diri siswa.

Melalui coaching, guru dapat menjadi partner siswa dalam menemukan potensi terbaiknya. Dalam mengembangkan kecakapan coaching, terdapat kompetensi yang perlu dikuasai seperti memahami framework atau urutan langkah dalam melakukan coaching, macam-macam pertanyaan yang dapat diajukan, serta bagaimana membangun kedekatan dengan individu/siswa agar proses coaching menjadi semakin bermakna.

Sementara communication, merupakan kecakapan interpersonal yang fundamental. Ini berarti, keahlian coaching sangat berkaitan erat dengan kemampuan berkomunikasi. Pada topik ini bapak/ibu akan belajar lebih dalam mengenai definisi coaching, teknik yang dapat diimplementasikan dalam melakukan coaching, serta bagaimana landasan proses coaching yaitu kemampuan komunikasi. Dengan menguasai komunikasi yang baik, maka coaching terhadap siswa didik dapat dilaksanakan dengan lebih bermakna. Guru akan semakin dekat dengan siswa didik, dan siswa didik memberikan kepercayaan penuh kepada guru untuk memfasilitasi proses pengembagan dirinya serta menggali potensinya.

Apa saja kompetensi yang akan dilatih?

  • Definisi dan tujuan coaching.
  • Urutan langkah coaching;
  1. Paradigma seorang coach.
  2. Model/framework/urutan langkah.
  3. Pertanyaan coaching dan contoh penerapannya.
  • Komunikasi Efektif untuk coaching berdampak.
Dalam melakukan coaching/pembinaan Bapak/Ibu juga perlu memperhatikan komunikasi nonverbal supaya sesi berjalan dengan nyaman. Mari kita simak video pemaparan dari Ibu Vivit Kavi dan Ibu Vena Annisa yang akan menjelaskan mengenai definisi dan komponen-komponen komunikasi non-verbal yang mendukung proses coaching/pembinaan.


Sumber : Materi Pelatihan Semangat Guru 2

Empati & Perencanaan Materi Pembelajaran (Rangkuman Program Semangat 2)

 


Apa itu Empati?

Kemampuan untuk memahami perasaan, pikiran dan keinginan orang lain. Namun pada saat yang bersamaan, tetap terpisah dan menjadi diri sendiri.

Apa saja kompetensi yang akan dilatih?

  • Peserta mampu memahami konsep empati (baik secara kognitif/afektif).
  • Peserta dapat mengaplikasikan empati dalam proses komunikasi (mendengar aktif).
  • Peserta dapat melakukan aktivitas untuk mengasah empati.

Sumber : Materi Pelatihan Seri Semangat Guru 2








Kreativitas & Inovasi (Rangkuman Program Semangat Guru 2)


Apa itu Berpikir Kritis dan Penyelesaian Masalah?

Definisi berpikir kritis yang saya anggap paling bermakna adalah “Keterampilan seseorang dalam mengambil keputusan yang penuh sadar dan hati-hati untuk menerima, menolak, atau menangguhkan penilaian terhadap suatu klaim dan derajat keyakinannya dalam ia menerima atau menolak klaim tersebut.” Definisi ini memang sangat panjang. Versi pendeknya adalah, Berpikir kritis adalah keterampilan mengambil keputusan dan keyakinan terhadap keputusan tersebut. Yang disebut keputusan adalah menerima, menolak, atau menunda. 

Berpikir kritis merupakan proses mental, artinya kemampuan ini sudah terprogram di otak kita. Namun walaupun kemampuannya tersedia, seseorang belum tentu terampil. Ini karena proses berpikir terjadi sangat cepat. Praktik dalam pelajaran ini akan melatih guru untuk melambatkan lebih dulu proses berpikirnya agar bisa menajamkan proses berpikir kritisnya. Setelah itu Guru bisa mengajarkan skill ini kepada murid. 

Apa saja kompetensi yang akan dilatih?

  • Menelusuri bukti.
  • Merumuskan pertanyaan burden of proof.
  • Refleksi.

sumber : Modul Pelatihan Seri Semangat Guru 2


Berpikir Kritis dan Penyelesaian Masalah (Rangkuman Program Semangat 2)

Berpikir Kritis & Penyelesaian Masalah


Apa itu Berpikir Kritis dan Penyelesaian Masalah?

Definisi berpikir kritis yang saya anggap paling bermakna adalah “Keterampilan seseorang dalam mengambil keputusan yang penuh sadar dan hati-hati untuk menerima, menolak, atau menangguhkan penilaian terhadap suatu klaim dan derajat keyakinannya dalam ia menerima atau menolak klaim tersebut.” Definisi ini memang sangat panjang. Versi pendeknya adalah, Berpikir kritis adalah keterampilan mengambil keputusan dan keyakinan terhadap keputusan tersebut. Yang disebut keputusan adalah menerima, menolak, atau menunda. 

Berpikir kritis merupakan proses mental, artinya kemampuan ini sudah terprogram di otak kita. Namun walaupun kemampuannya tersedia, seseorang belum tentu terampil. Ini karena proses berpikir terjadi sangat cepat. Praktik dalam pelajaran ini akan melatih guru untuk melambatkan lebih dulu proses berpikirnya agar bisa menajamkan proses berpikir kritisnya. Setelah itu Guru bisa mengajarkan skill ini kepada murid. 

Apa saja kompetensi yang akan dilatih?

  • Menelusuri bukti.
  • Merumuskan pertanyaan burden of proof.
  • Refleksi.

Sumber : Modul Pelatihan Seri Semangat Guru 2 

Motivasi dan Merdeka Belajar (Rangkuman Program Semangat Guru 2)

Motivasi & Merdeka Belajar


Mengapa belajar “Motivasi dan Merdeka Belajar”?


Guru adalah profesi yang termasuk kategori profesi yang penuh tekanan. Pada kategori itu pun, guru lebih sering mengalami stres. Riset National Foundation for Educational Research (2019) di Inggris menunjukkan 1 dari 5 guru mengalami stres pada hampir seluruh waktu bekerjanya, lebih tinggi dibandingkan profesi lain pada kategori yang sama, 1 dari 8 orang.

Mengapa guru mengalami banyak tekanan?


Ada sejumlah tantangan dan pengalaman yang menyebabkan guru merasa stres. Mulai dari tantangan dalam menghadapi puluhan murid pada waktu yang bersamaan; puluhan orangtua dengan beragam karakteristik; tuntutan dari manajemen pendidikan untuk mencapai target sekolah/madrasah dan pemerintah; beradaptasi dengan sejumlah perubahan, seperti kebijakan, isu sosial, dan teknologi; memadukan tuntutan kurikulum dengan kebutuhan murid; mendapat tanggung jawab besar tapi seringkali otonominya dibatasi banyak pihak; sering kali masih bekerja di malam hari dan akhir pekan; tidak jarang menggunakan uang pribadi untuk peralatan pembelajaran muridnya, dan lain sebagainya.

Apa akibatnya?


Pertama, kita sebagai guru dapat mengalami pengalaman menderita mengajar, merasa tidak berdaya dalam menjalankan tanggung jawab sebagai pendidik. Stres membuat guru menjadi lebih mudah marah, bersikap emosional, panik ketika ada tantangan, enggan mempelajari hal baru hingga menurunnya kualitas hidup dan relasi sosial. Pada ujungnya, stres akan menjadi sumber berbagai penyakit fisik yang sangat mungkin dialami oleh guru.

Kedua, lebih jauh lagi, stres pada guru akan berdampak pada kualitas pembelajaran yang dialami oleh murid. Murid pun mengalami pengalaman menderita belajar, merasa tidak berdaya dalam proses pembelajaran. Murid jadi merasa tidak aman dan tidak dipahami sehingga melahirkan respons murid yang enggan belajar, tidak percaya diri dalam berpendapat, hingga membuat kegaduhan sendiri. Pada akhirnya, murid pun tidak sepenuhnya bisa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Padahal sebagai pendidik, kita mempunyai harapan yang indah baik terhadap diri sendiri maupun terhadap murid-murid kita. Guru semangat mengajar, tangguh menghadapi tantangan, mandiri mencari solusi, reflektif terhadap kesalahan, adaptif melakukan perbaikan, maupun murid belajar dengan kemauan sendiri, tangguh menghadapi tantangan, mandiri mengatasi kesulitan, reflektif terhadap kesalahan, dan adaptif melakukan perbaikan. Sejumlah harapan tersebut pada dasarnya menggambarkan merdeka belajar (self regulated learning), yaitu suatu kapasitas untuk mengatur sendiri suatu urusan yang menjadi tanggung jawab kita.

Bekal dasar menjadi pendidik merdeka belajar adalah motivasi diri. Barang siapa yang mampu memotivasi diri niscaya akan lebih merdeka belajar. Mereka yang merdeka belajar relatif bisa mengatasi kesulitan, tahan terhadap stres, dan memiliki kinerja yang lebih baik (lihat Mujis dan Bokhove, 2020; Skibbe dkk., 2019). Oleh karena itu, mari berlatih menumbuhkan motivasi melalui materi ini.


Apa itu Motivasi & Merdeka Belajar?


Motivasi adalah dorongan dari dalam diri dalam mengerjakan serangkaian aktivitas untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi jadi kunci karena motivasi adalah energi yang dibutuhkan dalam mengembangkan dan melaksanakan strategi apa pun untuk mencapai tujuan. Motivasi menjawab pertanyaan “mengapa saya mengerjakan tugas ini?”.

Penjelasan mengenai motivasi dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu konten dan proses.

Konten menjelaskan motivasi sebagai jenis-jenis kebutuhan manusia yang penting dipenuhi sehingga mempengaruhi tindakan seseorang. Pada kategori konten, kita akan mempelajari teori motivasi yang digagas Abraham Maslow yaitu teori Hierarki Kebutuhan Manusia. 
Proses menjelaskan motivasi sebagai pola perilaku yang menghasilkan tindakan dalam mencapai tujuan. Pada kategori proses, kita akan mempelajari sebuah teori motivasi yang digagas Locke dan Latham yaitu Teori Menetapkan Tujuan (Goal Setting).

Apa saja kompetensi yang akan dilatih?
Menerapkan teori motivasi konten dan proses dalam menumbuhkan motivasi, sehingga berpotensi meningkatkan kinerja sebagai pendidik, maupun capaian pembelajaran murid. Praktik yang dilakukan meliputi:
  • Mengenali kebutuhan diri dan murid.
  • Menyusun tujuan pembelajaran di kelas.
  • Strategi umpan balik berkelanjutan.




Senin, 24 Oktober 2022

Interpretasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara


 Kumpulan tulisan Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan telah disajikan secara lengkap dalam buku terbitan Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. Buku yang diterbitkan pada tahun 1961 tersebut bertajuk “Karya Ki Hadjar Dewantara, Bagian Pertama: Pendidikan”. Dalam video berikut, Bapak Iwan Syahril menyampaikan intisari dan interpretasi beliau atas filosofi pendidikan nasional gagasan KHD. Cermati bagaimana beliau menghubungkan pemikiran KHD dengan konteks pendidikan saat ini. Juga beberapa video tentang pemikiran KHD memberikan pemahaman yang utuh dalam memahami Dasar Dasar Pendidikan KHD.





VIRECA UNTUK PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

       Vireca adalah kepanjangan dari Virtual Reality Case atau Kasus yang disajikan melalui virtual reality. Seperti yang kita tahu bahwa...